Tugas ISD Bab 3(Kesetiakawanan Sosial)

Yuvita_17612996_2SA01

A. Kesetiakawanan

Kesetiakawanan adalah perasaan seseorang yang bersumber dari rasa cinta kepada kehidupan bersama atau sesama teman sehingga diwujudkan dengan amal nyata berupa pengorbanan dan kesediaan menjaga, membela, membantu, maupun melindungi terhadap kehidupan bersama.

B. Kesetiakawanan Sosial

Kesetiakawanan Sosial atau rasa solidaritas sosial adalah merupakan potensi spritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa oleh karena itu Kesetiakawanan Sosial merupakan Nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari masing-masing warga masyarakat dengan semangat kebersamaan, kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan.
Oleh karena itu Kesetiakawanan Sosial merupakan Nilai Dasar Kesejahteraan Sosial, modal sosial (Social Capital) yang ada dalam masyarakat terus digali, dikembangkan dan didayagunakan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk bernegara yaitu Masyarakat Sejahtera.

Sebagai nilai dasar kesejahteraan sosial, kesetiakawanan sosial harus terus direvitalisasi sesuai dengan kondisi aktual bangsa dan diimplementasikan dalam wujud nyata dalam kehidupan kita.
Kesetiakawanan sosial merupakan nilai yang bermakna bagi setiap bangsa. Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial dalam kehidupan bangsa dan masyarakat Indonesia pada hakekatnya telah ada sejak jaman nenek moyang kita jauh sebelum negara ini berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka yang kemudian dikenal sebagai bangsa Indonesia.

Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial tersebut dalam perjalanan kehidupan bangsa kita telah teruji dalam berbagai peristiwa sejarah, dengan puncak manifestasinya terwujud dalam tindak dan sikap berdasarkan rasa kebersamaan dari seluruh bangsa Indonesia pada saat menghadapi Praktek atau pengamalan tentang “kesetiakawanan sosial” sudah biasa Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, menolong orang yang sedang sakit.

 

 

 

Kesetiaan yang diharapkan bangsa Indonesia

 

Sebagai bangsa yang majemuk atau masyarakat pluralistis beraneka ragam, tentu beraneka ragam pula permasalahannya, misalnya urusan kehidupan keluarga, di lingkungan masyarakat bahkan kehidupan bernegara. Hasilnya mungkin membawa kebahagiaan atau sebaliknya.

Salah satu faktor yang mendukung kelestarian dan tercapainya tujuan kehidupan bersama ialah sikap setia terhadap apa yang telah menjadi kesepakatan bersama. Demikian pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, diperlukan suatu kesetiaan terhadap bangsa dan negara untuk mempertahankan dan melestarikan kelangsungan hidup bangsa dan usaha untuk mencapai tujuan didirikannya negara.

Kesetiaan seseorang juga bisa diarahkan pada bangsa dan negaranya. Ajaran atau paham yang menuntut penyerahan kesetiaan tertinggi pada negara kebangsaannya disebut Nasionalisme.

  1. Jadi kesetiaan yang diinginkan oleh bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
    a. Kesetiaan terhadap keutuhan bangsa.
    b. Kesetiaan terhadap proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
    c. Kesetiaan terhadap Dasar Negara Pancasila.
    d. Kesetiaan terhadap tata hukum Indonesia.

Kita tahu bahwa manusia secara naluriah senantiasa berhubungan dengan sesama dan lingkungannya, sehingga dari hubungan tersebut akan menimbulkan kelompok sosial.

Apabila manusia sudah merasa senasib dan mempunyai kesadaran untuk menolong diantara kelompok sosialnya, maka rasa persatuan dan kesatuan akan terwujud. Apabila sudah demikian maka akan tumbuh kesatuan bersama untuk mengusir penjajah.

Contoh meningkatkan kemampuan menciptakan kehidupan yang berlandaskan prinsip-prinsip kesetiakawanan sosial:

Membiasakan membantu korban bencana alam. Dalam penjelasan sebelumnya bahwa kehidupan setiap manusia akan bermakna apabila kehidupannya berazaskan kebersamaan. Secara kodrati pun manusia selalu dituntut hidup sebagai makhluk sosial di samping sebagai makhluk individu.Nah, bagaimana cara atau apa yang seharusnya dilakukan untuk membantu korban bencana alam? Yang harus dilakukan antara lain:

  1. Bantulah dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan atau mempertimbangkan untung ataupun rugi.
  2. Membantu sesuai dengan kemampuan masing-masing.
  3. Jangan menyinggung perasaan orang yang tertimpa musibah.
  4. Bersikap sabar serta lembut dalam bertutur kata.
  5. Jika bisa dahulukan mana yang bisa diprioritaskan.
  6. Bantuan diusahakan yang bersifat mendidik.

Ikut bekerjasama untuk kepentingan umum.
Contoh perbuatan yang dilakukan seperti:

  1. Kerja bakti di lingkungan RT, misal membersihkan got, membersihkan tempat ibadah.
  2. Kerja bakti atau gotong-royong membangun jalan, jembatan.
  3. Menjaga fasilitas umum dan lain sebagainya.

Meningkatkan semangat kekeluargaan.
Untuk meningkatkan semangat kekeluargaan nilai-nilai kesetiakawanan atau kerjasama dapat diterapkan melalui bentuk-bentuk kegiatan. Contoh:

  1. Di lingkungan keluarga, bentuk kegiatannya seperti:
    – Makan bersama dengan seluruh anggota keluarga.
    – Beribadah bersama.
    – Silaturahmi kepada sanak famili dan lain sebagainya.
  2. Di lingkungan sekolah, bentuk kegiatannya seperti:
    – Membentuk kelompok belajar.
    – Mengumpulkan dana untuk menolong orang lain yang mengalami musibah.
    – Kerja bakti.
    – Bakti sosial dan lain sebagainya.

Dalam rangka menumbuhsuburkan semangat kesetiakawanan sosial secara berkesinambungan maka Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) diselenggarakan setiap tanggal 20 Desember, agar sampai kapanpun semangat ini tetap mewarnai tatanan kehidupan dan penghidupan bangsa kita.

Peringatan Hari Sosial atau Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) tersebut merupakan upaya untuk mengenang, menghayati dan meneladani semangat persatuan, kesatuan, kegotongroyongan dan kekeluargaan rakyat Indonesia yang secara bahu membahu mempertahankan kedaulatan bangsa atas pendudukan kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia oleh tentara Belanda:

Nilai moral kesetiakawanan sosial
Kesetiakawanan sosial (solidaritas sosial) adalah perasaan seseorang yang bersumber dari rasa cinta kepada kehidupan bersama sehingga diwujudkan dengan amal nyata berupa pengorbanan dan kesediaan menjaga, membela, maupun melindungi terhadap kehidupan bersama.

Dari pengertian kesetiakawanan tersebut kita bisa merasakan atau menilai rasa kemanusiaan seseorang. Rasa kesetiakawanan bermakna:

  1. Kepentingan pribadi tetap diletakkan dalam kerangka kesadaran kewajiban sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
  2. Kewajiban terhadap masyarakat dan bangsa dirasakan lebih besar dari kepentingan pribadinya.

Adapun nilai moral yang terkandung dalam kesetiakawanan sosial diantaranya sebagai berikut:

  1. Tolong menolong. Nilai moral ini tampak dalam kehidupan masyarakat, seperti: tolong menolong sesama tetangga. Misalnya membantu korban bencana alam atau menengok tetangga yang sakit.
  2. Gotong-royong, misalnya menggarap sawah atau membangun rumah.
  3. Kerjasama. Nilai moral ini mencerminkan sikap mau bekerjasama dengan orang lain walaupun berbeda suku bangsa, ras, warna kulit, serta tidak membeda-bedakan perbedaan itu dalam kerjasama.
  4. Nilai kebersamaan. Nilai moral ini ada karena adanya keterikatan diri dan kepentingan kesetiaan diri dan sesama, saling membantu dan membela. Contohnya menyumbang sesuatu ke tempat yang mengalami bencana, apakah itu kebanjiran, kelaparan atau diserang oleh bangsa lain

 

Atasi Bencana dengan Kesetiakawanan Sosial
Nilai-nilai kesetiakawanan sosial dapat menjadi kekuatan paling besar untuk menyelesaikan masalah bencana yang sering terjadi di Indonesia.”Kita memiliki modal dasar berupa nilai-nilai gotong royong yang sampai saat ini masih hidup dalam masyarakat. Nilai gotong royong yang merupakan wujud kesetiakawanan sosial itu sangat berguna ketika terjadi bencana.
Yang terpenting adalah bagaimana mengelola potensi gotong royong dan kearifan lokal yang ada di setiap daerah untuk mengatasi berbagai persoalan yang terjadi, termasuk ketika terjadi bencana.
Indonesia memiliki modal sosial yang sangat heterogen berupa etnis, bahasa dan wilayah yang luas. Karena itu kita membutuhkan satu sistem yang lebih hebat dibandingkan sistem-sistem yang sudah pernah ditawarkan sebelumnya guna mengatasi bencana.
Ada empat pendekatan yang harus diperhatikan ketika terjadi bencana. Pertama, yang harus dilakukan adalah menyamakan cara pandang bahwa Indonesia terletak di kawasan yang rawan bencana sehingga masyarakat harus selalu siap sedia menghadapi bencana. Kedua, kegiatan penanggulangan bencana harus berubah dari yang sifatnya kedaruratan menjadi retroaktif, sesuai dengan perkembangan zaman.
Penanggulangan bencana tidak bisa dilakukan secara parsial melainkan harus komprehensif. Ini terkait sifat bencana yang tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi. Kini kita punya satu sistem yang akan diimplementasikan ke masyarakat, yang harus dilaksanakan bersama-sama oleh masyarakat.

Selalu memberikan pertolongan dalam jangka panjang justru memperlemah daya juang masyarakat. Mereka akan senantiasa menunggu uluran tangan orang lain manakala ditimpa kesulitan. Kemandirian sirna. Itu yang tidak kita kehendaki. Tugas dan tanggung jawab pemerintah yang utama adalah membentuk masyarakat mandiri melalui terobosan program pemberdayaan. Sayangnya program semacam itu belum kita lihat sedang dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

 

 

 

KESETIAKAWANAN SOSIAL JUGA MELIPUTI:

.PENYADARAN

Salah satu tindakan untuk menumbuhkan dan memperkuat kesetiakawanan sosial” adalah penyadaran kepada seluruh warga masyarakat tentang sebab kemiskinan rakyat kecil dan bagaimana menolong mereka. Dengan kata lain penyadaran kalau dipakai istilah medis tentang diagnosa dan terapi mengenai kemiskinan. Penataan kehidupan bersama di bidang sosial, ekonomi dan politiklah atau struktur sosiallah yang menyebabkan kemiskinan. Sedang terapinya adalah semakin besar keikutsertaan rakyat kecil dalam memutuskan penataan kehidupan bersama tersebut. Yang masih kuat dalam masyarakat adalah kesadaran atau diagnosa salah ialah rakyat kecil itu miskin karena mentalitas mereka, yaitu malas, tidak tekun dalam berusaha, mudah putus asa dan apatis, menerima nasib. Padahal mentalitas rakyat kecil ini muncul dan bertahan karena struktur sosial yang ada yang telah bertahan bertahun-tahun.

Pandangan lain adalah tentang kuatnya budaya ketidaksamarataan. Ketidaksamarataan dalam masyarakat dimengerti sebagai hal yang sudah semestinya. Perbedaan kaya miskin dianggap biasa. Orang bukannya merasa malu tetapi malah bangga bahwa gaya hidupnya sangat berlainan dari gaya hidup rakyat miskin.

Budaya ketidaksamarataan itu dan diagnosa salah di atas tumbuh karena adanya paham tentang achieving personality atau achieving society : apa yang diperoleh seseorang itu disebabkan karena kemauan kuat seseorang untuk berprestasi. Karena juga orang harus berkompetisi dengan orang lain. Yang memang dalam kompetisi sudah wajar mendapat imbalan yang memadai. Adalah suatu
mitos bahwa keberhasilan seseorang sama sekali tergantung dari kemauan keras untuk berprestasi. Harus disadarkan bahwa struktur “sosial” yang ada sangat menunjang keberhasilan seseorang.

Kesadaran yang salah inilah yang ikut melanggengkan kesenjangan “sosial” ekonomi, politik dalam masyarakat. Kecuali itu, kesadaran yang salah inilah yang menghambat perlunya “kesetiakawanan” dengan rakyat keci

Implikasi dari terapi yang tepat agar orang kecil dapat membebaskan diri dari kemiskinan mereka, yaitu keikutsertaan mereka dalam menata kehidupan bersama, adalah pentingnya distribusi kekuasaan. Ini berarti rakyat kecil harus terlibat dalam kegiatan politik. Mereka hendaknya bebas berorganisasi, bebas mendapatkan pendidikan politik.

2.BIDANG EKONOMI.

Monopoli di bidang ekonomi jelas akan memperbesar kesenjangan ekonomi antara kelompok kaya dan rakyat kecil. Free fight liberalism akan menyebabkan usaha-usaha atau kegiatan ekonomi rakyat kecil yang bermodal kecil akan dimatikn oleh usaha-usaha ekonomi yang bermodal besar. Maka perlindungan untuk usaha kecil atau menengah perlu diberikan. Sebaliknya penarikan pajak progresif yang keras dan tegas perlu diberlakukan terhadap perusahaan-perusahaan besar.

 

3.DUNIA PENDIDIKAN.

Sering terjadi institusi pendidikan secara tidak sadar justru memupuk bahkan melanggengkan semangat dan praktek persaingan yang sering tidak adil. Anak-anak didik diajak bersaing menjawab pertanyaam yang diajukan guru. Yang menjawab salah, menjadi malu, sedang yang betul merasa bangga.

Ketidak-berhasilan seorang murid menjadi sumber kegembiraan dan kebanggaan teman lain yang berhasil. Hal demikian akan membuat anak didik selalu sadar bahwa ia harus bersaing dengan teman-temannya. Apalagi sekarang dengan diterapkan sistem ranking di sekolah-sekolah kita.

 

Perlu dicoba dan dikembangkan suatu cara agar anak terbiasa bekerja sana : studi kelompok, ujian kelompok, penilaian kelompok. Selain itu, demi tumbuhnya “kesetiakawanan sosial” pada anak-anak tidak cukup hanya mengajak mereka mengunjungi asrama piatu, rumah orang jompo, penampungan anak/orang cacat dan lain-lain yang dikelola oleh lembaga amaliah.

Usaha semacam ini malahan bisa merugikan pendidikan “kesetiakawanan sosial”, sebab ada bahaya pendidikan semacam ini lebih membuka dan mengarahkan anak pada tindakan amaliah/karitatif saja. Anak tidak diajak untuk melihat ketidak-adilan dan memperjuangkan keadilan.

Maka perlulah anak ditolong untuk menganalisa sebab kemiskinan rakyat miskin yang normal. Melalui pembuatan analisis oleh anak, diharapkan anak melihat dan menyadari bahwa struktur “sosial” yang sekarang ini ada inilah yang merupakan sebab rakyat kecil tetap miskin.

 

 

4.PERUBAHAN STRUKTURAL

Langkah memberi bantuan dan sedekah justru mungkin bisa mempertajam jurang antara si kaya dan si miskin. Sebab tindakan tersebut menunjukkan si pemberi berada pada posisi yang lebih tinggi. Dengan begitu, selama masih ada pemberian sebagai skema umum maka merupakan deskriminasi dan menimbulkan kesenjangan. Maka pandangan amaliah yang ada sekarang ini perlu ditingkatkan kepada tahap:”….yang berjuang untuk keadilan sosial yang struktural sehingga tak perlu lagi memberi sedekah dan dana, Tahapan ini bakal mampu lebih memberikan harkat dan martabat kepada sesama manusia.”

Kalau kita menganggap mereka lebih rendah dan sekedar sasaran belas kasihan, kita bisa terjerumus ke dalam sikap menindas, meremehkan hak-hak mereka sebagai sesama manusia untuk memilih dan menentukan jalan hidup mereka. Sebaliknya kita harus memiliki sikap solidaritas terhadap penderitaan mereka.

Kalau kita mau menolong mereka janganlah kita memberikan bantuan berupa materiil saja, akan tetapi kita harus memberikan alat dan bagaimana cara mempergunakan alat untuk memenuhi kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam hal ini bisa saya kutip falsafah Konfusius : “Kalau anda memberi seekor ikan kepada orang lapar, maka dia akan kenyang sehari. Tapi kalau memberinya sebuah kail, dia akan kenyang seumur hidupnya.”

Sudah selayaknya gerakan “kesetiakawanan sosial” harus bisa diarahkan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap akar penyebab penderitaan mereka. Bukan sekedar memberi hiburan pa penderitaan itu dengan sejumlah bantuan materiil. “Gerakan kesetiakawanan sosial” harus mampu menjangkau secara struktural dari penderitaan itu sendiri. Sehingga itu bisa sampai pada proses penyadaran pada orang-orang miskin bahwa sebenarnya mereka juga bisa mengangkat harkat hidup mereka dengan memahami potensi diri. Bukan hanya mengharap bantuan orang lain. Maka beri mereka peluang untuk bisa berinisiatif, membuka peluang pengembangan potensi diri.

Pada akhirnya pemberian sedekah yang sifatnya amaliah kelak seharusnya hanya pada kasus-kasus khusus. Artinya hanya untuk mereka yang cacat, setengah gila, keluarga yang memang sudah ambruk secara finansial atau kepada para yatim piatu. Tanggung-jawabnya bukan pada pihak pemerintah, melainkan tanggung-jawab pemerintah dan masyarakat. Perjuangan membangun masyarakat adil dan makmur terlaksana kalau bersama-sama.

PENGAMALAN AGAMA HARUS PERERAT “KESETIAKAWANAN SOSIAL”.

Setiap upaya pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama hendaknya mampu menyentuh dua aspek, yaitu aspek vertikal yang berhubungan dengan Tuhan dan aspek horisontal yang berhubungan dengan masyarakat. Dengan kata lain, upaya itu tidak hanya mempertebal rasa keimanan kepada Tuhan saja, akan tetapi hendaknya juga mampu meningkatkan dan memperkuat rasa “kesetiakawanan sosial”.

Sebagai bangsa yang berfalsafahkan Pancasila, kekuatan bangsa Indonesia terletak pada kehidupan beragama yang dinamis dan sehat serta serasi dengan tuntutan kesatuan dan persatuan.

Dalam menghadapi semua permasalahan yang ada, bangsa Indonesia harus mengambil langkah-langkah penyesuaian dengan perkembangan yang terjadi, antara lain dengan bekerja keras, hidup hemat dan sederhana.

Selain langkah penyesuaian, sebagai bangsa yang religius, bangsa Indonesia harus pula lebih meningkatkan serta memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan. Bertolak dari itu semua, kita harus memobilisasikan solidaritas dan persatuan bangsa. Hanya dengan solidaritas dan persatuan bangsa Insya’Allah kita dapat mengatasi dan melalui berbagai permasalahan yang terjadi.

Umat Islam dalam beribadah shalat juga harus melengkapi dengan pembinaan hubungan serasi antar sesama manusia. Dalam kaitannya dengan pembinaan hubungan serasi, perlu ditekankan pula bahwa umat Islam harus melaksanakan kewajiban membayar zakat. Kewajiban membayar zakat, adalah satu mekanisme utama dalam Islam untuk pemerataan kenikmatan kebendaan dari anggota masyarakat yang beruntung di bidang materi kepada mereka yang kurang beruntung.

Islam mengakui dan menjunjung tinggi prinsip persamaan, namun persamaan disini berarti kesempatan dan bukan persamaan hak untuk menikmatai tanpa memperhatikan perbedaan kadar sumbangan, prestasi dan hasil karya seseorang. Tetapi, prinsip persamaan kesempatan tanpa dibarengi mekanisme pemerataan, akan menjurus kepada pola ekonomi di mana terjadi akumulasi kekayaan pada segolongan kecil anggota masyarakat, yang pada gilirannya akan menimbulkan “kerawanan sosial”.

 

ARTIKEL KESETIAKAWANAN TERHADAP KORBAN BENCANA ALAM

“Akhir-akhir ini kita menghadapi peristiwa yang tidak menggembirakan, namun masyarakat kita teguh saat menghadapi musibah. Tapi kita bisa baca dan dengar bahwa kesetiakawanan masih hidup, dengan masa modern kesetiakawanan masih hidup,” kata wapres.

Dijelaskannya, musibah bencana alam yang melanda beberapa wilyah di Tanah Air baru-baru ini di sisi lain bisa memperlihatkan bahwa kesetiakawanan dan rasa ingin membantu sesame masih lekat.

“Mereka yang punya tugas untuk menangani, ada juga relawan yang menyediakan diri dan waktunya bahkan ada yang meninggal untuk selamatkan warga masyarakat, saudaranya” kata Boediono.

Rasa kesetiakawanan juga diperlihatkan, masih menurut wapres, ketika warga yang rumahnya tidak terkena dampak bencana alam memberikan rumah penampungan sementara.

“Memang ada berita yang tidak terlalu baik dari segi dampak dan akibat bencana. Namun bencana ini juga membuktikan bahwa kesetiakawanan masih ada, mereka tidak berkomentar namun bekerja secara luar biasa” tegasnya.

Wapres mengatakan, musibah yang hampir beruntun terjadi tersebut hendaknya tidak membuat masyarakat putus asA

Ia memaparkan Indonesia yang memang terletak di daerah yang rawan bencana telah dibuktikan oleh nenek moyang bangsa ini bahwa dengan keinginan yang kuat maka dapat bertahan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.

Dijelaskannya, pemerintah sudah memberikan yang terbaik dari yang mampu dilakukan untuk menangani bencana alam tersebut.

http://uyuyfazry.wordpress.com/2011/11/07/kesetiakawanan-sosial/

http://dhienscute90.blog.com/2010/12/25/tugas-isd-2/

http://amaliahnurfitri.wordpress.com/2011/01/03/tugas-isd-kesetiakawanan/

 

Still Waiting

Fall in love

Is like find missing heart flake

The vague and uncertain sense suddenly come

We inadvertent meet each other

 

If you aren’t for me

Don’t make this feeling even further

what I feel this we called fall in love

Or i just only admire you

Until now I could only see you from afar

I saved this feel alone

I wish that you feel same with me

Someday

Gambar

 

Poetry

Inadverdent i saw you
Was walking toward me
Your face remind me
With someone
Who ever fill the void heart in the pass
You was joking with your friend
I wish i could say hello to you
And to know each other
But all only a nice dream
I only can see you from your back
And occasionally steal your glance
I’m conciuous
You aren’t the someone that i means
Who only are in my pass
Were never getting back

poetry for my beloved mom

mom
mom…
You’re like rainbow that always coloring my day
Your smile that always reminds me when homesick
Cradle of your love that never faded by time
mom..
You’re the brightest star
Being a light in the darkness
Always there when I’m sad and fell down
you teach me for steadfast …
Meaning of a struggle in life
Thank you mom..